Kasudin Kebudayaan Jaktim Kunjungi Sanggar Betawi Chakung

JAKARTA, MUARAENIMONLINE.COM – Kasudin Kebudayaan Jakarta Timur Hasanudin mengungkapkan kepada awak media saat di wawancara seusai kunjungan Silaturahmi ke Sanggar Betawi Chakung (Sanggar Bechak) “Kalau kami dari suku dinas tugasnya adalah melakukan sesuatu pembinaan penelitian pengembangan terkait dengan laksana seni budaya maupun benda-benda cagar budaya maupun benda-benda yang punya latar belakang sejarah”Terangnya.

Kasudin Kebudayan Jakarta Timur ini Juga Menambahkan” Alhamdulillah saya disini sudah ketemu Suhu Djadja ya dengan bang Rusli dari sanggar bechak, jadi kami tadi sudah melihat ada benda-benda yang menurut kami itu memerlukan penelitian, saya tidak perlu omong terlalu besar karena kapasitas untuk menentukan benda tersebut apakah itu benda cagar budaya, benda warisan budaya benda nanti ada bidang yang lain, tapi kami dari sudin adanya benda-benda yang di pertunjukkan pak Suhu Djadja itu nanti akan kami tindak lanjut, supaya akan dilakukan penelitian lebih lanjut lebih detail terkait dengan benda tersebut setelah dilakukan penelitian kalau memang benda tersebut, golok tersebut adalah di buat dari batu meteor setelah di uji kebenarannya nanti di laboratorium nanti akan keluar yang namanya SK Gubernur terkait benda tersebut, nah itu adalah inisiatif dari kami untuk mengangkat benda-benda tersebut agar lebih bisa di hargai oleh generasi-generasi sekarang dan yang akan datang”Terangnya.

Saat ditanya terkait dengan seni budaya yang mulai berkurang, Hasanudin Kasudin Kasudin Kebudayaan ini juga Menjelaskan lagi kepada para awak media yang berhasil menemuinya “kami dari sudin kebudayaan nanti sudah merencanakan untuk melakukan kegiatan pementasan wayang kulit betawi, makanya temen-temen dari sanggar Suhu Djadja kami harap dukungannya ya pak agar kita sama sama bisa mewujudkan hal hal yang kita inginkan”Harapnya.

Lebih lanjut Kasudin Kebudayaan Jakarta timur ini juga menjelaskan “Jadi saya perlu jelaskan kunjungan sambungannya Suhu Djadja ,dari tahun 2020 sejak Mei atau Juni tahun 2020 hingga akhir Desember kemarin dimana kami dari suku dinas kebudayaan melakukan kunjungan silaturahmi ke sanggar-sanggar, tujuannya adalah memotivasi sanggar supaya sanggar-sanggar dalam situasi Covid-19 yang sampai saat ini masih ada agar tetap bersemangat kita dan tetap berkreatifitas untuk mencurahkan ide-ide kreatif nya sebagai pelaku seni budaya, di Jakarta timur khususnya, dan di DKI Jakarta umumnya.

Kegiatan kunjungan sanggar kami lakukan agar mengenal dan akan lebih di kenal oleh orang lain. Walaupun saya tau konten-konten nya di medsos cukup banyak, di youtube maupun di instagram termasuk juga yang dilakukan oleh Suhu Djadja dan Bang Rusli, itu sudah cukup banyak. Tapi sekali lagi kita bicara tentang legalitas, kalau legalitasnya sudah ada, di sudin sudah terdaftar, dinas juga sudah tau artinya kalau sudah tingkat DKI tau, artinya seluruh wilayah pemerintah pusat nanti akan juga tau keberadaan dari sanggar-sanggar yang ada di Jakarta timur ini termasuk di dalam nya sanggar bechak.

Menurut saya ini sangat penting, keberadaan sanggar bechak yang masuk kedalam daftar secara online, website nya juga sudah masuk ke dinas kebudayaan dengan sendirinya jika suatu saat pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah membutuhkan sanggar-sanggar tersebut untuk di perkenalkan, katakanlah pada acara-acara tertentu itu sudah terdaftar, banyak lah hal yang bisa kita manfaatkan dari situ yang kedua, mungkin kalau ada bantuan-bantuan terkait dalam pemerintah pusat maupun ada dana hibah dari pemerintah daerah, pemerintah pusat tidak akan mau sekarang memberikan bantuan kepada sanggar-sanggar maupun pelaku seni budaya yang tidak terdaftar, jadi dengan terdaftarnya ini artinya mudah-mudahan kegiatan-kegiatan yang diisi-isi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah itu akan bisa sampai kepada sanggar-sanggar yang insya allah berada di jakarta timur. Kalau tahun lalu misi kami yang kami bawa daripada pak Gubernur, Kepala Dinas, maupun pak Walikota adalah terkait dengan protokol kesehatan ya melaksanakan 3M sekarang sudah jadi 5M bukan 3M lagi, kalau kemarin kan 3M itukan mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, sekarang tambah lagi nih jadi 5M jadi membatasi kerumunan dan menghindari kunjungan-kunjungan. Artinya bahwa situasi pandemo Covid ini sudah cukup serius gitu, tetap mematuhi protokol kesehatan. Jadi dengan begitu mudah-mudahan kita bisa terhindar dari covid-19.”Jelasnya lagi.

Data Sanggar di Jakarta Timur dari tahun 2020 sampai tahun 2021 ini yang sudah terdaftar di Website Online yang dimiliki Sudin Kebudayaan maupun di Dinas kebudayaan ada 165 sanggar online dan pelaku seni budaya nya sudah mencapai 700 lebih, tepatnya 732 pelaku seni budaya ini artinya bapak-bapak sekalian Sudin Kebudayaan Jakarta Timur adalah the best nya tertinggi dibandingkan wilayah-wilayah yang ada di DKI Jakarta jadi Sudin Kebudayaan Jakarta timur adalah yang tertinggi untuk pelaku seni budaya ataupun pelaku sanggar. Jadi sanggar yang ada di wilayah Jakarta Timur, yang sudah daftar online itu sudah mengalahi wilayah-wilayah lain di DKI Jakarta. keberadaan sanggar jakarta timur tujuannya adalah saling menguatkan, saling memotivasi saling mendukung dan juga sebagai contoh untuk berkreatifitas seperti apa di masa pandemi Covid ini.

BACA:  Ketum FWJ Pimpin Rapim Wilayah Agendakan Proker dan Deklarasi

Sementara itu Nasikin Kepala Seksi Perlindungan warisan Budaya Benda mengatakan “pertama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa pada pagi hari ini kita dari suku dinas kebudayaan jakarta timur bisa bersilaturahim dan bisa di terima dengan baik oleh sanggar bechak ( Betawi Cakung ), Saya berterimakasih atas sambutannya bahwa yang di sebutkan pak kasudin tujuan kita adalah bersilaturahim dan melihat langsung perkembangan sanggar-sanggar di jakarta timur kebetulan tadi pak kasudin sudah banyak menerangkan terkait protokol kesehatan juga kegiatan-kegiatan sanggar yang ada di timur juga termasuk warisan, golok cakung yang sekarang lagi di proses kemarin sudah di tinjau ke chakung juga, mudah-mudahan itu juga menjadi warisan budaya kita khususnya di jakarta timur, bahwa untuk bisa merawat dan melestarikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya benda dan juga seni. Juga mudah-mudahan Suhu Djadja yang bisa, mungkin nanti akan memperlihatkan benda golok chakung yang bagaimana caranya kita perlu menggali untuk melestarikan nilai-nilai budaya supaya generasi kita bisa memahami dan bisa meneruskan untuk pelestarian nilai-nilai budaya.”Terangnya.

Nasikin Kepala Seksi Perlindungan warisan Budaya Benda ini juga menambahkan “Tugas kita adalah memantau, membina, dan membimbing serta melihat secara langsung benda-benda tersebut untuk warisan anak cucu kita khususnya untuk di kembangkan untuk punya nilai tambah,Pada sanggar bechak yang saya hormati mudah-mudahan di masa pandemi yang dimana aktifitas kita banyak yang terhenti mudah-mudahan bisa tetap eksis biarpun melalui vidio virtual untuk saling mengenang dan saling bertukar pikiran dalam rangka mengembangkan seni budaya yang ada di jakarta timur”Terangnya.

Sedangkan Saminem Kasubag TU Nuraini PIC Sudin Kebudaya’an menambahkan juga “Sebagai bahan untuk mengkaji dan meneruskan dalam penetapan warisan budaya dan benda di tingkat provinsi maupun tingkat nasional nantinya”Katanya.

Kemudian Ketua Sanggar Betawi Chakung Bang Rusli, menjelaskan tentang sanggar bechak ( Betawi Chakung ) ”Saya juga mau memperkenalkan yang hadir disini tadi sudah di jelaskan Suhu Djadja nama aslinya Surya Admadja beliau di bilang suhu karena memang jawara juga dan salah satu pendiri IPSI di Indonesia. Beliau adalah salah satu penasehat pembina dari sanggar bechak, ya..alhamdulillah beliau tadinya pengen tidur gak mau mengupas seni dan budaya lagi, cuman saya bilang ini gak luar biasa kalau bukan kita gali dari beliau siapa lagi, saya desak terus saya colek-colek biar bangun alhamdulillah dia bangkit kembali dan ingin melestarikan dan mengembangkan seni budaya khususnya betawi.Beliau adalah putra dari Alm. Dalang wayang kulit betawi Bapak Marjuki, bapak marjuki itu kalau saya baca di buku sejarah tuh, di situ ada dalang wayang kulit betawi Marjuki nah inilah putra beliau dan di lanjutkan oleh adeknya Bang subur yang sekarang kita mencoba mengembangkan wayang kulit betawi lagi di sanggar becak.

Mungkin bapak sudah menerima laporan baru saja kami membeli alat di daerah kampung makasar, tapi kami belum mencoba untuk menggunakan karena memang masih Covid, karena kumpul itu mayoritas sekitar 15 orang jadi kami belum bisa mencoba alatnya kami taro di rawa indah karena rawa indah adalah tempat penggemblengan kami.”Katanya Ketua Sanggar Bechak ini kepada para wartawan.

Bang Rusli Terus Mengenalkan keawak media “Kemudian yang kedua ini K.H Mahmur Umar, dia juga penasehat kami dia salah satu dari polda metro jaya alhamdulillah tinggal nya di kampung baru chakung juga, Alhamdulillah mau bergabung demi melestarikan budaya betawi Ini juga ada pak RW, yang juga selalu kami berkomunikasi dengan beliau bagaimana di lingkungan ini bisa melestarikan yang namanya hari raya ngaduk dodol. Dan dulu juga disini cakung ini disebut cakung bebek karena kita punya sejarah bahwa kita punya oblok bebek disini, makanan khas daripada betawi chakung. Kemudian kami juga sengaja tidak mengundang orang banyak hanya pengurus dari sanggar bechak saja, kalau mengenai tadi yang di sampaikan oleh ibu Nuraini saya memang sudah punya ada profil sanggar becak dan juga ada yang lain-lain yang sudah kami siapkan disini mungkin nanti saya sampaikan dan juga mungkin nanti sudah saya isi nanti kalau kurang lengkap bisa menyusul gitu.”Katanya lagi.

BACA:  Partai Garuda DKI Jakarta Beri Bantuan Korban Banjir

Ketua sanggar Bechak ini Kemudian Menerangkan Juga “mengenai golok chakung generasi pertama yang akan di jelaskan oleh Suhu Djadja.Selanjutnya mengenai kegiatan-kegiatan kami sedikit kami ingin gambarkan bahwa kami sudah melakukan pembuatan film, kami mengangkat kearifan lokal yaitu film dokumenter yang judulnya Junet Jagoan Chakung itu berdurasi kurang lebih 2 jam dan itu sudah jadi. Dan pernah kami tayangkan pada saat acara festival cakung, nah itu sutradara dan produsernya juga salah satu pemeran Suhu Djadja dan itu di mainkan 80% oleh anggota sanggar bechak dan alhamdulillah sudah jadi waktu itu sempet kami ingin menayangkan di tv, berhubung kita gak sanggup di biayanya dan akhirnya kita tahan dan kita tayangkan episode 1 nya di youtube. Kemudian kami juga membuat lagu-lagu terutama Suhu Djadja yang menciptakan lagu-lagu betawi karena kalau kata Suhu kalau kita bicara lagu-lagu betawi pasti Benyamin kalau kita lihat film-film betawi pasti Si Pitung, nah Suhu Jaja dan kita-kita di sanggar mencoba kenapa kita gak bisa bikin film betawi kenapa kita gak bikin lagu-lagu betawi nah ini yang kita buat di sanggar becak dan alhamdulillah lagu-lagu cipta’an Suhu Djadja sudah banyak salah satunya Junet Jagoan Chakung.

Kemudian Demam Batu, kemudian Kerawang Bekasi ada 12 lagu hasil cipta’an Suhu Djadja dan beliau lah penyanyinya, alhamdulillah begitu banyak kebisa’annya.” Tutupnya.

Pada kesempatan itu Suhu Djadja yang hadir diacara tersebut menjelaskan tentang Golok Chakung “sebelum saya memperkenalkan golok chakung terlebih dahulu kita memperkenalkan sejarah nya dulu ya pak, karena tanpa mengetahui sejarahnya kita akan gelap jadi sejarah datang nya golok cakung ini dan berawal dari berdirinya kampung cakung. Hasil penelitian saya dari tahun 70an kampung chakung itu sampai kepada sa’at ini saya pernah mencari silsilah atau data-data kampung chakung gak pernah ada yang tahu dan akhirnya setelah dengan penuh kesabaran bahwa chakung ini dulunya bukan bernama chakung, bernama pulo aren yang masih di era abad ke 13an. Kemudian setelah datangnya pasukan mongolia yang pada saat itu mencari jejak dari panglima mereka mendarat dan membongkar hutan aren yang berada di pulo aren dengan atas izin Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi, pemanah rasa pemanah dewa pada saat itu di abad ke 14an,Kemudian mereka membuat satu bentengan atas perintah Prabu Siliwangi untuk melatih pasukan prajurit tentara pertahanan padjadjaran, karena pasukan yang dari mongol ini di pimpin oleh laksamana lok wanji. Setelah saya gali riwayat dan sejarah nya dari mereka itu datang ke tanah kebun aren ini dengan di temani oleh mertua nya dari laksamana yang berdarah makasar dari pulau sulawesi.”Jelasnya.
Suhu Djaja

Tambahnya “Nah dari mertuanya laksamana ini ahli pembuat pedang pembuat golok nah di buatlah golok untuk pasukan, namun karena laksamana ini membawa sebilah batu meteor siapa yang bisa membuat meteor ini menjadi pedang. Dari keterampilan dan kehebatan membuat golok yang terbuat dari batu meteor ini di buat 3, satu di pegang laksamana lok wican yang satu lagi di pegang laksamana lok wanji yang ketiga di pegang oleh istrinya laksamana lok wanji yaitu kumpi nona. Ini yang dua lagi masih di alam ghaib yang satu sudah di tangan saya, nah kebetulan saya masih bermarga lok keturunan, Nah itu sekelumit adanya pembuatan golok chakung, nah golok chakung ini ada 4 generasi, generasi pertama yang di buat oleh ki Daeng Parau sampai menjadi kampung pedaengan ini, kemudian generasi kedua di buat oleh Daeng Nadirin kalau Daeng Parau disini masih ada makam keramat nya. Daeng Nadirin ini di kenal sebagai pangeran budiman, kemudian generasi ketiga ini di buat oleh ki Daimin murid dari ki Daeng Nadirin generasi ke 4 di buat oleh ki Bairah yang generasi ke 4 ini ada di bekasi lalu generasi ke 3 ada di kerawang. Karena pada saat peperangan abad 15 yaitu Prabu Wirabumi 3 yaitu yang bergelar Singa perbangsa menyewa ki Daimin untuk membuat persenjataan, jadi ki Daimin di tempatkan di kerawang membuat golok kerawang, jadi ada perbedaan antara pembuatan ki Daeng Parau dan ki Nadirin, ki Daimin dengan ki Bairah kalau milik ki Daeng Parau kepala gagang nya berbentuk kepala belut. Dan buatan ki Daimin berbentuk kaki kijang kalau ki Nadirin juga berbentuk kepala belut, kalau buatan ki Bairah kepala gagang goloknya berbentuk kaki kijang “Tutupnya

Laporan : S. Erfan Nurali

Facebook Comments










Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *