Dibalik Layar Menjadi Peserta PINAS Muhammadiyah

Penulis: Jusmaniar

MUARAENIMONLINE.COM – Beberapa hari sebelum keberangkatan. Pimpinan Daerah Muhammadiyah / ‘Aisyiyah Kota Sungai Penuh sepakat menunjuk kami berdua, Bapak Dr. Norman Ohira dan saya Jusmaniar untuk pergi sebagai peserta PINAS ke Palembang. Semua persyaratan sudah dilengkapi.

Namun apa daya tepat tanggal 18 menjelang Subuh, Ibunda Tercinta berpulang ke Rahmatullah. Saya berdomisili di Sungai Penuh, Jambi, langsung berangkat pulang ke Padang Panjang, menyongsong kabar duka. Seberapa pun di kejar tetap tidak dapat juga ikut proses menyelenggarakan jenazah, karena dari Sungai penuh menghabiskan waktu lebih kurang 10 jam.

Satu kepiluan yang tak tertahankan. Ditunggu, kasihan ibunda, tidak juga ada dalam ajaran agama dan tuntutan perserikatan. Menyegerakan jenazah. Tapi pertemuan terakhir yang tak tergapai sungguh renungan yang palung.

Jusmaniar (red: baju cokelat) bersama tim Instruktur Pinas Muhammadiyah

Dua hari di kampung datang dilema kedua, apakah tetap mengikuti PI atau dibatalkan. Andai dibatalkan merasa rugi. Jika diikuti apakah hati dan raga sanggup. Setelah berembuk sama keluarga besar yang notabene warga Muhammadiyah. Semua menyarankan agar berangkat saja. Jadilah hari kedua langsung meninggalkan rumah Amak. Sampai di Sungai Penuh Senin pagi.

BACA:  Restorative Justice, Kejari Muara Enim Hentikan Kasus Pengeroyokan

Dilema ke tiga. Ternyata dari Sungai Penuh tidak ada mobil Travel ke Palembang langsung di hari dan tanggal 21. Maka dihubungi loket lain. Ujung perjuangan yang ada hanya dari Bungo.  Berangkatlah pagi tanggal 21 jam 09.00 ke Bungo dan berangkat ke Palembang jam 17.00 sampai jam 06.00 pagi di Pelembang Alhamdulillah, perjalanan lancar.

Setelah registrasi, sah lah saya sebagai peserta PINAS yang kita banggakan dan dapat belajar di kelas C.

Dilema ke tiga. Duka dan gembira harus diperankan diwaktu yang sama.bDalam hari-hari pelatihan, mohon maaf untuk para instruktur dan Teman-Teman, selama pelatihan saya merasa  kurang fokus walau sudah berusaha maksimal mengikuti semua jadwal dan tidak bisa  tertawa lepas, karena ada bendung air mata yang tumpah kapan saja. Dan itu tetap beberapa tetes bergulir tanpa disadari. Saat bayangan Amak datang melintas.

BACA:  Datang ke Cianjur, Puan Dorong Percepatan Relokasi Rumah Korban Gempa

Dilema ke empat. Mobil dari Pelembang tidak juga didapat langsung ke Padang Panjang. Jadinya Palembang, Jambi, Sungai Penuh dan Padang Panjang ditempuh dalam dua malam satu hari. Baru kembali bisa menginjak batu tapak rumah Amak.

Terima kasih PINAS. Telah mengajarkan kepada pribadi saya bentuk perjuangan. Bentuk cinta pada perserikatan. Yang lahir dari hati dan akan sampai ke hati.

Terima kasih kepada Instruktur dan Teman-Teman. Sudah menguatkan saya dalam diam. Amak adalah Syurga sedangkan perserikatan pembawa kita ke pintu Syurga.

Inilah sedikit tulisan di balik menjadi peserta PINAS, semoga bisa sebagai teman ngopi.bMohon doa dari kita semua untuk Amak tercinta. Semoga Amak ditempatkan di Sisi-Nya

Batipuh, 30 Mai 2024.

Facebook Comments


















Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *