Tolak Bala, Stop Bencana Segera Hentikan Ke(tidak)Bijakan Yang Membuat Krisis Iklim Lebih Parah

Kota Bekasi,Inspirasijurnalis.com – 26 September 2021 – Anak-anak muda di berbagai titik di Indonesia menyerukan kepada pemerintahan presiden Joko Widodo dan parlemen Indonesia untuk segera menghentikan ke(tidak)bijakan dalam menghadapi krisis iklim. Komitmen-komitmen iklim yang dibuat sekarang seharusnya mengedepankan dampak masa depan generasi muda dari berbagai bala (bencana). Generasi muda adalah generasi yang akan meneruskan nama bangsa Indonesia dan tidak berpihak pada sekelompok orang saja (oligarki).

Tanda peringatan untuk seluruh pemimpin negara sudah diserukan oleh PBB. Berbagai negara maju dan lembaga keuangan sudah berkomitmen kuat menghentikan pendanaan energi fosil (batubara)sebagai langkah untuk segera menurunkan emisi.Dan komitmen pendanaan dari negara-negara maju
untuk negara rentan atau berkembang perlu segera diwujudkan untuk percepatan penurunan emisi dan keadilan iklim. Menurut laporan IPCC Agustus lalu, rekomendasi untuk komitmen iklim negara-negara di dunia seharusnya naik tiga kali lebih ambisius dari sebelumnya.

Saat ini pandemi Covid-19 yang belum usai tetapi rangkaian bencana pun terus terjadi. Dari data BNPB di tanggal 13 September 2021 telah terjadi 1.883 bencana. Peringatan BMKG yang memproyeksikan peningkatan suhu dan akan seringnya terjadi cuaca ekstrem.

Proyeksi ini akan berdampak pada krisis
pangan, krisis kesehatan dan krisis ekonomi.
Melissa Kowara, Extinction Rebellion (XR) Jakarta:

“Krisis Iklim bukan saja permasalahan lingkungan. Ini adalah permasalahan sistemik, Bagaimana sistem negara yang terus melakukan pembangunan ekstraktif.Rentetan bencana (bala) ini bukanlah takdir,melainkan produk sistem kenegaraan yang menganut kapitalisme, mengedepankan keuntungan segelintir dan mengobarkan kehidupan dan lingkungan hidup masyarakat luas.Pertemuan COP 26 November 2021 nanti kami harap pemerintah tidak memberikan janji-janji atau komitmen yang tidak sesuai dengan perhitungan sains dan fakta yang terjadi di lapangan, terutama solusi palsu seperti batubara hijau yang malah memperburuk situasi.Sudah waktunya kita serius membangun ekonomi yang benar-benar hijau, adil dan lestari yang mengedepankan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat”

BACA:  Pemdes Ujanmas Baru Gelar Vaksinasi

“Tidak dipungkiri bahwa tantangan berat anak muda saat ini juga termasuk bagaimana
mengkomunikasikan tentang kedaruratan iklim pada seluruh generasi. Karena dampak yang
terjadi saat ini juga dirasakan semua orang, dari orang tua kami sampai juga para pejabat saat ini.

Kami bersuara demi keselamatan dan kelangsungan hidup kita semua. Karena ketidakbijakan yang dilakukan sekarang masih membawa kita semua berlari ke jurang malapetaka.”

Rehwinda, Walhi Jakarta:

“Ke(tidak)bijakan yang tidak meletakan keselamatan manusia atau rakyat telah banyak diciptakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Dan Ke(tidak)bijakan ini bertolak belakang dengan komitmen NDC penurunan emisi 29-41% di 2030 atau target net zero di 2050. Sebut saja UU Cipta Kerja yang dalam turunan undang-undangnya tidak berpihak pada kelestarian lingkungan dan berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat,termasuk petani,nelayan,perempuan dan anak-anak.”

“Jika pemerintah benar-benar serius memitigasi permasalahan iklim, mereka harus berhenti mengutamakan perspektif ekonomi dalam pembangunan dan merubahnya menjadi perspektif lingkungan yang berkeadilan.Lingkungan hidup yang baik adalah pondasi ketahanan rakyat.

Bukan seperti sekarang. Keberlangsungan hidup generasi mendatang dimulai dari kebijakan saat ini.”

Bunga Terung, Kalimantan Timur:

“Indonesia tidak baik-baik saja, Bencana iklim sudah terjadi di sini di rumah kami bumi Kalimantan.Setiap hari kami melihat kapal-kapal tongkang hilir-mudik di Sungai Mahakam mengangkut hasil bumi Kalimantan Timur yang juga ikut meracuni sungai dan ekosistem pesut mahakam.”

“Kami adalah generasi yang hidup menghirup asap kebakaran hutan dan juga kami adalah
generasi yang tenggelam karena banjir akibat dari pembukaan lahan yang menghilangkan
hutan-hutan serta ekosistem yang ada didalamnya. Wajah Kalimantan sekarang adalah perkebunan sawit, hutan tanaman industri serta luasnya pertambangan.”
“Kehancuran yang terjadi tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan. Kehancuran iklim hari ini adalah hilangnya lahan hidup masyarakat, kampung-kampung yang hilang, sungai yang beracun dan hewan endemik yang terusir dari rumahnya. Arah kebijakan saat ini harus mengutamakan keadilan untuk keselamatan rakyat. Tuntutan kami adalah masa depan yang lebih baik, hanya ada 2 pilihan bergerak sekarang atau punah.”

BACA:  Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dirikan TK Dan Sekolah Dasar di Benua Australia

Youth Act Kalimantan:

“Kalimantan sedang tidak baik-baik saja! Dari tahun ke tahun bencana makin parah. Setiap tahun kita bahkan mempersiapkan diri untuk bencana, menjalankan misi kemanusiaan, memberikan bantuan bagi warga, namun masih belum ada kebijakan dan tindakan serius untuk mencegah bencana ini terjadi. Diam berarti punah! Sekarang adalah saat yang paling tepat untuk bersuara Climate justice for Kalimantan. Dan para pemimpin dunia harus menyerukan Darurat Iklim.”

Geraldi Nugroho – Extinction Rebellion (XR) Makassar, Sulawesi Selatan:

“Jumat lalu 24 September 2021 Indonesia memperingati Hari Tani Nasiona. Hari yang dimaknai bahwa Kita masih menunggu adanya Reforma Agraria Sejati. Jalan Keselamatan Rakyat Indonesia.Petani akan menopang kita dari krisis pangan yang akan terjadi karena Krisis Iklim.Maka dari itu kami anak muda di Makassar mendorong aksi-aksi Iklim yang nyata untuk sebuah perubahan Sistem untuk mengatasi Krisis Iklim.”

Dimas – Extinction Rebellion (XR) Bekasi, Jawa Barat:

“Krisis iklim tidak saja ditandai dengan perubahan suhu bumi yang memanas dan ekstrem tetapi keberlangsungan perampasan lahan dan juga eksploitasi alam hingga detik ini masih terjadi di Indonesia yang mempercepat bencana lebih parah. Petani di Jawa yang gerus sawahnya untuk industri yang berpolusi, hingga masyarakat adat yang harus kehilangan rumah dan hutan adatnya.

Kekayaan alam dikeruk hingga tak bersisa tanpa memikirkan nasib generasi kami. Pemerintah saat ini berpihak pada pemilik modal dan dengan mudah mengkriminalisasi para petani dan pejuang lingkungan. Krisis pangan dan krisis iklim ada di depan mata kami anak muda.Kami menuntut deklarasi darurat Iklim untuk Indonesia yang sedang dalam keadaan gawat.”(S Erfan Nurali)

Facebook Comments


















Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *