Jakarta: Presiden Joko Widodo mendapatkan informasi, warga miskin ternyata lebih pilih beli rokok ketimbang makanan bergizi. Akibatnya, biaya kesehatan yang harus dikeluarkan lebih tinggi.
“Dana yang dikeluarkan untuk tembakau 3,2 kali lebih besar dari pengeluaran telur dan susu. Angkanya 4,2 kali dari pengeluaran beli daging, 4,4 kali dari biaya pendidikan, dan 3,3 kali lebih besar dari biaya kesehatan,” kata Jokowi dalam pengantar rapat terbatas membahas masalah pertembakauan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 14 Maret 2017.
Jokowi bahas pertambakauan harus dilihat dari dua aspek. Pertama, berkaitan dengan kesehatan warga. Kedua, melindungi kepentingan masa depan generasi penerus bangsa.
Menurutnya, itu berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Presiden menilai konsumsi tembakau dengan jumlah tinggi menyebabkan biaya kesehatan yang harus ditanggung negara dan masyarakat pun tinggi.
“Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, tahun 2015, lebih dari 50 persen biaya pengobatan dihabiskan untuk membiayai penderita penyakit tidak menular yang salah satunya disebabkan konsumsi rokok dan paparan asap rokok,” beber Jokowi.
Ia meminta masalah pertembakauan juga memperhatikan kelangsungan hidup para petani. Karena itu, ia ingin ada langkah-langkah konkret yang telah dilakukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam peningkatan kesejahteraan petani tembakau.
“Saya juga minta laporan Menteri Tenaga Kerja mengenai kondisi ketenagakerjaan dan perlindungan bagi pekerja pabrik di industri hasil tembakau,” pungkas dia.