Para Perempuan Venezuela Ini Turun ke Jalan Bawa Mawar

CARACAS – Menggunakan pakaian putih dan meneriakkan “Liberty!”, sebanyak puluhan ribu perempuan yang menentang Presiden sosialis Venezuela Nicolas Maduro berbaris melakukan aksi demonstrasi. Tak hanya itu mereka pula memberikan bunga mawar kepada pasukan keamanan yang menghalangi jalan mereka.

Demo kaum perempuan ini terjadi dan berlangsung di sebagian besar kota besar di negara produsen minyak Amerika Selatan itu. Ini merupakan aksi terbaru dalam lima minggu demonstrasi berkelanjutan melawan Maduro yang oleh para penentang dikecam sebagai seorang diktator yang telah menghancurkan ekonomi.

Di Caracas, para demonstran menyanyikan lagu kebangsaan dan berteriak “Kami menginginkan pemilu!” Mereka terhenti di berbagai titik oleh barisan polisi perempuan dan pasukan Garda Nasional dengan mobil lapis baja seperti dikutip dari Reuters, Minggu (7/5/2017).

Demonstrasi kaum perempuan terorganisir ini sebagai bagian dari upaya oposisi untuk mengubah taktik dan menjaga momentum melawan Maduro.

BACA:  Argentina Minim Peluang Masuk Piala Dunia 2018

Kaum perempuan sering merasakan beban krisis ekonomi Venezuela karena kekurangan makanan dan obat-obatan yang meluas, antrian panjang di toko-toko, kenaikan harga, dan meningkatnya kelaparan di negara berpenduduk 30 juta orang.

Kubu Oposisi, yang memiliki dukungan mayoritas di Venezuela setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang Partai Sosialis yang berkuasa, menuntut diadakannya pemilu yang tertunda dan mengajukan pemilihan presiden tahun 2018.

Mereka juga ingin pemerintah membebaskan sejumlah aktivis yang dipenjara, mengizinkan bantuan kemanusiaan dari luar negeri untuk mengimbangi krisis ekonomi yang brutal, dan menghormati independensi legislatif di mana oposisi memenangkan kursi mayoritas pada tahun 2015.

BACA:  Penyesalan Petugas Lapas Usai Kencani Napi Sendiri

Menyoroti vandalisme dan kekerasan oleh pemrotes muda bertopeng, Maduro mengatakan bahwa pihak lawan mencoba melakukan kudeta dengan dukungan AS dan mendatangkan teroris serta pembunuh di barisan mereka.

Menanggapi krisis tersebut, penerus Hugo Chavez yang berusia 54 tahun ini membentuk badan super yang dikenal sebagai “majelis konstituen” dengan kekuatan untuk menulis ulang konstitusi, menggoyang kekuatan publik, dan berpotensi menggantikan legislatif.

Facebook Comments


















Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *