Muaraenimonline.com – PT PLN (Persero) segera jalankan proyek jaringan kabel listrik bawah laut dua arah (High Voltage Direct Current/HVDC) yakni dari Jawa dan Sumatra seperti yang dimau Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sering dengan keandalan pasokan listrik pada kedua pulau tersebut dalam jangka 10 tahun mendatang yang diproyeksi mumpuni.
“Prinsip interkoneksi itu (melalui HVDC), bukan sekadar mengalirkan listrik murah, tapi mem-backup dua sistem besar. Ketika di Jawa ada masalah pasokan listrik, bisa disuplai dari Sumatera. Begitu pun sebaliknya,” ujar Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati, Senin (10/4).
Selanjutnya, menurut Nicke, HVDC sistem ketenagalistrikan antara dua pulau tersebut agar dapat saling menyokong. Adapun keandalan sistem ketenagalistrikan masing-masing pulau dapat dilihat dari jumlah cadangan daya listrik (reserve margin) yang dimilikinya.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2017 hingga 2026, reserve margin di Jawa rata-rata akan mencapai 41 persen selama 10 tahun ke depan. Sementara itu, di periode yang sama, rata-rata reserve margin di Sumatra akan mencapai 57,7 persen.
“Jaringan interkoneksi yang dilakukan harus dua arah. Desain kami pun dua arah juga dengan mempertimbangkan keandalan listrik di Jawa dan Sumatra,” jelasnya.
Disamping itu, menurut dia, PLN dan pemerintah sepakat menanggalkan asumsi-asumsi lain yang terdapat pada perencanaan HVDC yang dicanangkan disekitar tahun 2000. Salah satunya, koneksi langsung Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang dengan koneksi HVDC.
“Itu kan disusun pada saat HVDC dicanangkan tahun 2000-an, ketika asumsi kebutuhan listrik di Jawa kurang. Sekarang sudah 10 tahun berlalu, tentu kondisinya berbeda. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana mendorong permintaan tenaga listrik kedepannya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan berharap proyek HVDC antara Jawa dan Sumatera bisa dimulai 2021 mendatang dan rampung tiga tahun berikutnya. Pasalnya, ada kemungkinan pulau Jawa akan mengalami kelebihan listrik sebesar 5 Gigawatt (GW) di tahun 2021 mendatang jika pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen.
“Luas daratan Pulau Jawa mungkin tidak seberapa, tapi pembangkit listriknya di sini semua. Sehingga, pemerintah dan PT PLN (Persero) sepakat mungkin proyek HVDC akan dikerjakan, mungkin 2024 harus selesai karena kapasitas terpasang pembangkit listrik di Jawa akan oversupply,” terang Jonan, kemarin.
Menurut RUPTL 2017 hingga 2026, Jawa dan Bali akan menambah pembangkit dengan kapasitas sebesar 39,1 GW dengan pertumbuhan kebutuhan lisrik sebesar 7,2 persen. Sementara itu, Sumatra akan menambah pembangkit sebesar 21 GW dengan pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 11,2 persen.